Selasa, 15 Februari 2011

Apakah Anda Termasuk Dosen Killer ???



Dan yang harus pulang malam ini adalah....Brandon !!! Masih ingatkah cuplikan tersebut pada acara Indonesia Mencari Bakat (IMB) yang disiarkan oleh Trans TV. Suatu ajang pencarian bakat anak-anak bangsa yang dikemas dalam sebuah program bergenre talent show.

Masih ingatkah juga kepada dewan jurinya ? memang terdapat istilah Ketua Juri, Anggota Juri dan Juri Tamu. Sarah Sechan (Ketua Juri), Addie MS, Titi Sjuman, Rianti Cartwright (Anggota Juri)dan Ersa Mayori, Cynthia Lamusu, Deddy Corbuzier (Juri Tamu).

Sesekali saya menonton acara tersebut dengan Deddy Corbuzier sebagai Juri Tamu. Wow, bagus sekali, dengan pembawaannya sebagai master mentalist terlihat selalu lugas, jelas dan tegas dalam menilai para kontestan. Penyampaian apa adanya inilah yang menjadi daya tarik inovasi acara IMB yang selama ini hanya terlihat normatif dalam memberikan penilaian.



Pendapat yang kontroversial sering dilontarkan oleh Deddy Corbuzier, menjadikan para kontestan terlihat shock, down, sedih dan lain-lain. Namun apa yang disampaikan memang benar adanya dan terlihat siapa yang memiliki mental sebagai bintang atau pemenang acara IMB. Dapat kita bayangkan pedasnya komentar terhadap seorang kontestan : "sebaiknya kamu tidak usah menyanyi karena suaranya tidak enak didengar, mendingan kamu jadi model aja"

Penilaian negatif tersebut kadang tidak mudah kita terima apalagi terhadap kontestan yang sedang mencoba menjadi bintang. Namun dalam penilaian tersebut terkandung nilai positif yang mengarahkan bagaimana kontestan sebaiknya bertindak untuk menuju kualitas sebagai bintang.

Siapa yang tidak kenal Deddy Corbuzier, seseorang yang telah malang melintang di dunia hiburan puluhan tahun, pastinya memiliki intuisi terhadap kontestan apakah cocok dan berkualitas akan bakatnya. Sehingga komentar yang disampaikan dapat dinilai obyektif karena sudah berpengalaman dan mempunyai ilmu/kompetensi di bidang hiburan.



Demikian halnya dengan profesi dosen, saat ini sulit kita dapatkan dosen yang berbicara seperti Deddy Corbuzier. Misalkan masih ada, pasti mahasiswa membencinya sehingga terlihat seperti terpaksa mengikuti perkuliahan dengan dosen "killer". Biasanya dosen seperti itu menuntut mahasiswanya lebih berkonsentrasi dan serius dalam belajar dan mempersiapkan diri belajar sebelum perkuliahan di kelas. Biasanya kalimat yang diucapkan harus tepat dengan konteks materi yang diajarkan sehingga mahasiswa yang tidak siap lebih banyak bingung menterjemahkan kalimat dosen dibandingkan materi yang diajarkannya.

Mahasiswa menjadi takut dan malas bertanya, karena pertanyaan tersebut menjadi bumerang kepada si penanya. Terlebih dosen menjawabnya berbelit-belit dan menjadi marah karena materi yang dibahas tidak dimengerti, sehingga mahasiswa disuruh membaca buku referensi lagi. Komentarnya terhadap mahasiwa :
- Masak begitu aja tidak bisa/paham ?
- Kalian baca buku lagi kalau tidak paham !
- Kalian maunya instan dan manja, fasilitas sudah lengkap tapi malas belajar !
- Kalau tidak bisa materi ini, saya pastikan kalian tidak lulus !
- Kalau her/ulang terus, sebaiknya kamu keluar saja karena tidak cocok di sini !

Selain itu dosen killer dalam memberikan latihan soal terlihat sulit dan pelit dalam memberikan nilainya, sehingga yang dapat nilai akhir "A" hanya satu atau dua orang saja, sedangkan yang her/ulang pasti banyak.

Pastinya hal tersebut menjadikan mahasiswa sakit hati dan pastinya dosen tersebut dianggap aneh, tidak populer dan dimusuhi oleh mahasiswa dan pimpinan perguruan tinggi. Namun dosen killer tersebut memiliki prinsip pendidik yang tidaklah mudah dimengerti oleh orang awam. Tentulah dosen itu bukan orang bodoh dan mengetahui risiko yang dihadapi, serta memiliki arah dan tujuan yang mulia dalam membentuk mahasiswa yang cerdas, mau berpikir, tangguh, mandiri, dan berhasil dalam pendidikan dan dunia kerja.

Berbeda halnya dengan juri Titi Sjuman/Adhie MS dalam acara IMB. Kalau diibaratkan seperti dosen yang baik hati, tidak membosankan di hadapan mahasiswa, komentarnya lemah lembut, murah dalam memberikan nilai, latihan soal mudah, sehingga lulus dengan mendapatkan nilai "A" adalah suatu hal yang biasa, kalah gengsi/prestisius dengan nilai "A" dari dosen killer.



Pertanyaannya adalah : sebaiknya kita menjadi dosen killer atau yang baik hati ?

Mahasiswa yang berbakat menjadi orang cerdas, memiliki kemampuan dan kemauan dalam belajar, memerlukan pengembangan akan potensinya sehingga harus selalu ditempa untuk dapat berpikir. Apabila berbuat kesalahan harus dikecam, namun apabila sudah berhasil dibentuk pola pikirnya, sudah selayaknya dipuji dan dilepas untuk menjadi orang yang berhasil. Menjadi dosen killer dan itu demi kebaikan, why not ?

Namun apabila mahasiswa yang dididik "kesasar", dipaksakan kuliah di tempat yang tidak sesuai, kemampuan akademiknya lemah, tidak memiliki fight spirit terhadap tantangan materi kuliah, tidaklah bisa dihadapi dengan dosen killer ! Kalau kita bertindak sebagai dosen killer, maka mahasiswa yang dididik menjadi sakit hati, kecewa, dan malas belajar ! Sehingga alternatif keluar dari kuliah saat ini merupakan jalan terbaik untuk mahasiswa tersebut.



Mohon ijin untuk para dosen, hidup adalah pilihan : apakah menjadi dosen killer atau dosen baik hati ? Sudah selayaknya kita memilih salah satu dari opsi tersebut. Tentu ini menjadi tantangan menarik, sebab dosen adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang akan tetap bangga terhadap didikannya yang berhasil walaupun mahasiswanya sudah tidak ingat lagi kepada dosennya di kemudian hari. Begitu juga untuk mahasiswa, apakah kalian ingin memilih sebagai mahasiswa yang cerdas atau kesasar ? Pilihan itu seakan menjadi rahasia pribadi yang harus diamankan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan....HAHAHA

2 komentar:

  1. punten pak...hihii

    entah alasannya apa, tp yg jelas saya ingin memberikan dua jempol buat bapak...hehe

    artikel yg sebenarnya sederhana, namun krn dilengkapi dg analisis yg berimbang, dr sisi dosen dan dr mahasiswa, mnjadikan artikel ini mnjdi artikel yg syarat akan makna.

    masukan yg penting untuk bapak/ibu dosen dan mahasiswa tentunya...

    hidup dosen!
    hidup mahasiswa! (juga)
    hihii
    nuhun pak..

    BalasHapus
  2. trims sigit atas atensinya

    BalasHapus