Minggu, 20 Februari 2011

Perjalanan ke Singapore dan Beijing (bagian 3)

Dear Bloggers,

Akhirnya saya sempatkan diri untuk menulis artikel ketiga tentang perjalanan ke Singapore dan Beijing. Terakhir saya tuliskan sampai dengan hari pertama di Beijing. Pada kesempatan ini saya ingin menuliskan hari-hari selanjutnya :

Hari Selasa, 22 Juni 2010
Bangun tidur harus pagi-pagi karena sholat shubuh jam 3 di Beijing, setelah tidur lagi hehehehe...Jam 6 pagi kita mulai mandi dan sarapan di Hotel Orange, karena kita tidak meminta paket breakfast, jadi kita sarapan dengan bekal yang dibawa dari Jakarta. Kebetulan di bawah hotel terdapat Mc Donald 24 jam, sehingga tidak sulitlah untuk masalah sarapan.



Jam 7 pagi sudah meninggalkan hotel, menuju tempat konferensi di Universitas Teknologi Beijing (Bei Jing University Technology/BJUT). Sambil berjalan kaki melihat keramaian pagi hari, melewati pasar tradisional, komplek perumahan, pertokoan sejauh 5 km. Ternyata kebiasaan yang baik dari orang tua di China, bangun pagi dan berolah raga. Banyak makan buah-buahan terutama yang terlihat seperti semangka, cherri, apel, dapat dijumpai di sepanjang jalan.



Setelah berjalan kira-kira 1 jam, akhirnya sampai juga di tempat pelaksanaan Konferensi Internasional Applied Cryptography and Network Security (ACNS) di Hotel Grand Gongda Jianguo yang berada di lingkungan BJUT. Konferensi dimulai jam 9 pagi diawali pembukaan oleh Moti Yung selaku Program Chairs dari Columbia University, New York, USA.





Setelah seharian mengikuti konferensi, akhirnya kami kembali ke hotel dengan bis. Dilanjutkan acara makan malam di restoran muslim yang terdekat dari hotel. Cukup kalap juga makan menu halal serba kambing dan yang terpenting harganya terjangkau dengan porsi besar. (orang indonesia banget, hehehe)

Rabu, 23 Juni 2010

Pagi hari sudah siap konferensi, tidak lupa menggunakan pakaian khas Indonesia (Batik). Setelah sarapan, kami ingin mencoba subway yang terletak 200m dari hotel. Lagi-lagi biaya yang dikeluarkan cukup murah hanya 2 yuan (Rp.2.600,-) sudah menempuh jarak puluhan km bahkan berganti-ganti jalur subway dengan tanpa tambahan biaya.



Sorenya kami mencoba hang out untuk mencari KBRI Beijing. Tidaklah rumit untuk transportasi publik di Beijing, karena tersedia banyak bis dan kereta bawah tanah (subway) yang nyaman dan murah. Petunjuk rute transportasi juga terpampang di mana-mana dan sudah menggunakan bahasa inggris. Setelah hampir 1 jam naik bis, tibalah di sebuah terminal. Perlu diingat, terminal bis hanyalah untuk menurunkan penumpang, tidak ada penumpang yang naik dari terminal. Setelah 30 menit berjalan kaki, akhirnya sampai juga di kawasan kedutaan besar negara-negara asing di Beijing. Kami berhasil menemukannya setelah bertanya kepada polisi dan peta yang terpampang di pinggir jalan.





Alhamdulillah KBRI dekat dengan Kementerian Pertanian China, letaknya sangat strategis di dekat jalan utama (apalagi dibelakangnya banyak cafe dan pusat belanja murah yang terkenal Sanlitun "Yashow"). Yuk borong....





Sampai koperpun diborong, strategi jitu dari Jakarta tidak usah membawa koper. Beli saja di Yashow....



Setelah lelah belanja, saatnya makan malam di sebuah resto muslim yang cukup terkenal dan mewah yaitu "A Thousand and One Nights Restaurant".Letaknya kira-kira 200 meter dari Yashow menuju Subway. Resto ini sangat direkomendasikan karena ada "tari perut" dari wanita uzbekistan. Hmmmm...Wajar saja kalau harganya cukup mahal, namun rasa dan porsinya membuat kita puas...









Shopping and Dinner has done ! selanjutnya pulang dengan subway seharga 2 yuan (Rp.2.800,-), cepat sekali hanya 30 menit sudah sampai di hotel. Kita sambung lagi ya, istirahat dulu...



Kisruh Kekuasaan Para Rektor



Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor/Ketua/Direktur Pada Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah, menuai banyak kritikan dalam implementasinya. Apabila kita mencermati setiap pasal pada Permendiknas tersebut, maka dapat disimpulkan sudah adanya demokratisasi dalam pengangkatan rektor/ketua/direktur mulai dari penjaringan, pemilihan, pengangkatan sampai pemberhentian.

Namun Forum Rektor Indonesia melalui Sekjen dan Dewan Kehormatan mengatakan keberatan dengan Permendiknas tersebut. Keberatan mereka terdapat pada Pasal 6 Ayat (2) yang berbunyi :
"Pemilihan Rektor/Ketua/Direktur sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan melalui pemungutan suara secara tertutup dengan ketentuan:
1. Menteri memiliki 35% (tiga puluh lima persen) hak suara dari total pemilih; dan
2. Senat memiliki 65% (enam puluh lima persen) hak suara dan masing-masing anggota Senat memiliki hak suara yang sama."



Forum Rektor menilai Mendiknas mengebiri otonomi kampus yang dimiliki oleh perguruan tinggi dan tidak demokratis dalam menentukan nasib universitas. Hak suara kepada Mendiknas sebesar 35% suara dalam pemilihan rektor tidak tepat karena yang paling tahu siapa yang tepat memimpin universitas adalah dari kalangan senat kampus sendiri dan ditakutkan bisa mempengaruhi indepensi rektor. Besarnya hak suara yang dimiliki Menteri membuat rektor terpilih dikhawatirkan menjadi penurut dengan kebijakan menteri. Selain itu rawan terhadap politisasi kampus, hal ini bisa terjadi bila suatu saat Mendiknas dijabat dari orang partai. Pemilihan rektor tentu akan didasarkan dari kepentingan parpol menteri.

Permendiknas yang dikeluarkan pada tanggal 4 Oktober 2010 ini menjadi polemik setelah dinilai mengkhawatirkan karena adanya upaya politisasi kampus-kampus. Hal ini terkait dengan adanya intervensi Mendiknas dalam Pemilihan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) periode 2011-2015 pada Bulan Januari 2011. Sejumlah guru besar ITS juga mengeluhkan adanya intervensi Mendiknas dalam pemilihan rektor. Dalam proses pemilihan yang dilakukan senat ITS, rektor incumbent Prof Ir Priyo Suprobo unggul dengan perolehan 60 suara. Sementara dua kandidat lainnya, Prof DR Triyogi Yuwono mendapat 39 suara. Dan Prof Daniel M Rosyid hanya 3 suara. Dengan keluarnya Permendiknas, justru menetapkan Prof DR Triyogi Yuwono sebagai rektor ITS periode 2011-2015.



Setelah didebat oleh Forum Rektor, Mendiknas pernah menjelaskan hal tersebut dengan alasan bahwa sistem pemilihan rektor saat ini sudah lebih baik dibanding sistem sebelumnya yang kewenangannya 100% berada di tangan Tim Penilai Akhir (TPA), yang terdiri dari Presiden dan wakilnya. Pada sistem terdahulu, hasil pemilihan dikirim ke TPA berdasarkan ranking, rata-rata yang peraih suara terbanyak yang jadi Rektor, terkecuali dalam pemilihan Rektor ITB beberapa tahun lalu.

Permendiknas tersebut juga dipermasalahkan karena surat pengesahan rektor yang ditandatangani oleh Mendiknas, Forum Rektor menuntut dikembalikan ke posisi sebelumnya, yakni SK pengangkatan rektor ditandatangani oleh Presiden. Hal ini akan mendekatkan jarak antara rektor-rektor dengan pemerintah dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi rektor.

Kita tunggu saja kelanjutan nasib dari Permendiknas tersebut, pastinya Komisi X DPR RI juga akan memanggil Mendiknas terkait masalah ini. Memang selama ini Mendiknas banyak menuai kritikan atas kebijakannya, setelah Undang-undang Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan yang dicabut oleh Mahkamah Konstitusi, sekarang Permendiknas Nomor 24 tahun 2010. Kedua peraturan tersebut, pada intinya adalah masalah perebutan kekuasaan.

Sabtu, 19 Februari 2011

Ini Dia Kawat dari Kedubes AS di Jakarta !!! (Bagian 2)



Dear Bloggers,

Sebanyak 4.872 dari 251.287 kawat telah ditayangkan oleh wikileaks sejak 28 November 2010, baru 2 dari 3.059 kawat dari Kedubes AS di Jakarta dan Konsulat AS di Surabaya yang dilansir. Kawat yang pertama berisikan rencana aksi sehubungan kedatangan Obama di Jakarta pada tahun 2010, sedangkan kawat yang kedua berisikan dukungan Indonesia terhadap situasi di Georgia pada tahun 2008 (saat itu Indonesia sebagai Anggota Dewan Keamanan PBB).



Terlihat betapa dominannya peran AS dalam lahirnya sebuah resolusi DK PBB. Mereka bukan hanya menggunakan jalur diplomatik (Kementerian Luar Negeri) tetapi juga menggunakan para ahli yang berasal dari Indonesia untuk mendesak Presiden, DPR dan Kemlu. Bayangkan kalau suatu negara tidak memiliki posisi tawar (bargaining position) dengan AS, pastinya akan mudah dimanfaatkan oleh AS untuk memperjuangkan kepentingan negaranya.



Berikut isi kawat tersebut :
Nomor : 08JAKARTA1532
Tanggal : 12 Agustus 2008;jam 07:07
Klasifikasi : Terbatas
Perihal : Mendesak Dukungan Indonesia pada Situasi di Georgia

1. Misi telah mendesak lawan bicara kunci Indonesia untuk mendukung rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai situasi di Georgia. Pejabat Pemerintah Indonesia telah menyetujui bahwa situasi itu sangat serius dan berjanji untuk bekerja dengan kami tentang hal tersebut di New York. Misi juga membantu ke legislator kunci dan ahli berpikir, mendesak bahwa mereka bekerja untuk mempublikasikan apa yang terjadi di Georgia. Misi juga berkoordinasi dengan Kedutaan Inggris dan Perancis.



2. Sejauh ini, ada beberapa liputan tindakan Rusia dari media lokal, tetapi sebagian besar orang Indonesia tidak terfokus pada situasi. Indonesia yang terlibat dalam hubungan internasional tampaknya benar-benar prihatin dengan egregiousness semata serangan Rusia.

3. Misi telah mendesak kontak utama Indonesia di Kantor Presiden dan Departemen Luar Negeri (Deplu) untuk mendukung rancangan resolusi DK PBB mengenai situasi di Georgia. Kami menekankan bahwa situasi sangat serius. Harus segera ada gencatan senjata, penarikan semua pasukan Rusia dan Georgia untuk posisi mereka sebelum 7 Agustus, dukungan internasional untuk mediasi dan implementasi lengkap dari perjanjian Moskow 1994. anggota DK PBB harus tetap teguh dalam menyerukan untuk mengakhiri konflik, bahkan dalam menghadapi veto Rusia.



4. Duta Besar ditinjau poin kunci dengan penasihat Presiden Dino Djalal. Djalal mengambil poin kami dan mengatakan ia akan meninjau masalah ini.

5. Poloff juga membahas situasi dengan Riando Sembiring, Deputi Direktur Urusan Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata di DEPLU. Sembiring setuju bahwa situasi di Georgia serius. Dia berjanji untuk meninjau poin reftel dengan para pejabat Deplu lainnya dan mengatakan Misi Indonesia di New York memandang ke depan untuk terus bekerja dengan Misi AS di United nation (USUN) tentang masalah tersebut.

6. Pol / C juga mengangkat isu ini dengan Theo Sambuaga, Ketua Komisi I DPR RI/urusan luar negeri. Sambuaga sepakat bahwa invasi Rusia "benar-benar tidak pantas" dan menyebutnya sebagai "instrumen tumpul." Dia berjanji untuk menekan Kantor Presiden dan Deplu untuk bergabung dengan Amerika Serikat dan anggota DK PBB lainnya mendukung resolusi. Sambuaga juga mengatakan dia akan berbicara kepada media dalam rangka untuk mendidik masyarakat Indonesia tentang keseriusan pada situasi dan pentingnya dukungan Indonesia untuk resolusi.



7. Poloff juga membahas situasi di Georgia dengan Rizal Sukma, seorang ahli urusan luar negeri yang berpengaruh di Center for Strategic dan International Studies (CSIS), organisasi pemikir terkemuka di Jakarta. (Catatan: Meskipun badan non-pemerintah, ahli-ahli di CSIS sering menyarankan DEPLU mengenai isu-isu utama internasional). Dia mengatakan ahli-ahli Indonesia sedang mengikuti masalah ini dan menghargai/mendengar pandangan pemerintah AS. Dia setuju bahwa situasi serius dan bahwa Indonesia harus mendukung upaya DK PBB untuk mengakhiri konflik. Poloff mendesak Sukma bekerja untuk mempublikasikan masalah tersebut. (Catatan: Sukma sering menulis opini-editorial berpengaruh tentang isu-isu kebijakan luar negeri di koran lokal).

8. Akhirnya, catatan poloff dibandingkan dengan Inggris dan Prancis rekan Kedutaan JAKARTA 00.001.532 002 DARI 002. Inggris menekankan masalah dengan lawan bicara Deplu dan telah menerima kembali pesan yang pada dasarnya positif yang sama seperti kita. Prancis belum menerima instruksi tentang hal ini tetapi akan mencari pertemuan yang tepat setelah mereka miliki. TIDAK BANYAK KESADARAN.

9. Sejauh ini, ada beberapa liputan situasi media lokal, tetapi sebagian besar orang Indonesia tidak terfokus pada situasi. Sebagian kecil dari masyarakat Indonesia yang terlibat dalam hubungan internasional tampaknya benar-benar prihatin dengan egregiousness semata serangan Rusia. Kami berpikir bahwa Pemerintah akan terus bersikap kooperatif di New York.

Rabu, 16 Februari 2011

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH STSN TAHUN 2011



Pengumuman LKTI STSN 2011

Lomba Karya Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Sandi Negara

"Teori dan Aplikasi Kriptografi dalam Era Teknologi Informasi dan Komunikasi".

Terbuka untuk umum dan Gratis

Jadwal Kegiatan :
1.Pengumpulan abstraksi : Senin,14 Pebruari 2011 s.d. Senin, 28 Pebruari 2011
2.Pengumuman abstraksi yang diterima : Senin, 7 Maret 2011
3.Batas Pengumpulan full-paper : Senin, 21 Maret 2011
4.Pengumuman peserta presentasi paper : Senin, 28 Maret 2011
5.Presentasi paper : Rabu, 30 Maret 2011
6.Pengumuman pemenang : Rabu, 30 Maret 2011

Hadiah
a. Juara I senilai = Rp. 2 juta,
b. Juara II senilai = Rp. 1,5 juta,
c. Juara III senilai = Rp. 1 juta.
d. Juara Harapan-I dan II masing-masing senilai @ Rp.500.000,-

Catatan :
1.Sertifikat untuk peserta yang full-papernya disetujui.
2.Panitia tidak menanggung biaya akomodasi & transportasi peserta untuk presentasi paper.

Contact Person : Dory, Kriswardhani.
Telepon : (0251) 8541742, 8541754
Website : http://lkti.stsn-nci.ac.id
Email : lkti2011@stsn-nci.ac.id

Panitia LKTI STSN Tahun 2011
Koordinator
ttd
Setiyo Cahyono

Selasa, 15 Februari 2011

Apakah Anda Termasuk Dosen Killer ???



Dan yang harus pulang malam ini adalah....Brandon !!! Masih ingatkah cuplikan tersebut pada acara Indonesia Mencari Bakat (IMB) yang disiarkan oleh Trans TV. Suatu ajang pencarian bakat anak-anak bangsa yang dikemas dalam sebuah program bergenre talent show.

Masih ingatkah juga kepada dewan jurinya ? memang terdapat istilah Ketua Juri, Anggota Juri dan Juri Tamu. Sarah Sechan (Ketua Juri), Addie MS, Titi Sjuman, Rianti Cartwright (Anggota Juri)dan Ersa Mayori, Cynthia Lamusu, Deddy Corbuzier (Juri Tamu).

Sesekali saya menonton acara tersebut dengan Deddy Corbuzier sebagai Juri Tamu. Wow, bagus sekali, dengan pembawaannya sebagai master mentalist terlihat selalu lugas, jelas dan tegas dalam menilai para kontestan. Penyampaian apa adanya inilah yang menjadi daya tarik inovasi acara IMB yang selama ini hanya terlihat normatif dalam memberikan penilaian.



Pendapat yang kontroversial sering dilontarkan oleh Deddy Corbuzier, menjadikan para kontestan terlihat shock, down, sedih dan lain-lain. Namun apa yang disampaikan memang benar adanya dan terlihat siapa yang memiliki mental sebagai bintang atau pemenang acara IMB. Dapat kita bayangkan pedasnya komentar terhadap seorang kontestan : "sebaiknya kamu tidak usah menyanyi karena suaranya tidak enak didengar, mendingan kamu jadi model aja"

Penilaian negatif tersebut kadang tidak mudah kita terima apalagi terhadap kontestan yang sedang mencoba menjadi bintang. Namun dalam penilaian tersebut terkandung nilai positif yang mengarahkan bagaimana kontestan sebaiknya bertindak untuk menuju kualitas sebagai bintang.

Siapa yang tidak kenal Deddy Corbuzier, seseorang yang telah malang melintang di dunia hiburan puluhan tahun, pastinya memiliki intuisi terhadap kontestan apakah cocok dan berkualitas akan bakatnya. Sehingga komentar yang disampaikan dapat dinilai obyektif karena sudah berpengalaman dan mempunyai ilmu/kompetensi di bidang hiburan.



Demikian halnya dengan profesi dosen, saat ini sulit kita dapatkan dosen yang berbicara seperti Deddy Corbuzier. Misalkan masih ada, pasti mahasiswa membencinya sehingga terlihat seperti terpaksa mengikuti perkuliahan dengan dosen "killer". Biasanya dosen seperti itu menuntut mahasiswanya lebih berkonsentrasi dan serius dalam belajar dan mempersiapkan diri belajar sebelum perkuliahan di kelas. Biasanya kalimat yang diucapkan harus tepat dengan konteks materi yang diajarkan sehingga mahasiswa yang tidak siap lebih banyak bingung menterjemahkan kalimat dosen dibandingkan materi yang diajarkannya.

Mahasiswa menjadi takut dan malas bertanya, karena pertanyaan tersebut menjadi bumerang kepada si penanya. Terlebih dosen menjawabnya berbelit-belit dan menjadi marah karena materi yang dibahas tidak dimengerti, sehingga mahasiswa disuruh membaca buku referensi lagi. Komentarnya terhadap mahasiwa :
- Masak begitu aja tidak bisa/paham ?
- Kalian baca buku lagi kalau tidak paham !
- Kalian maunya instan dan manja, fasilitas sudah lengkap tapi malas belajar !
- Kalau tidak bisa materi ini, saya pastikan kalian tidak lulus !
- Kalau her/ulang terus, sebaiknya kamu keluar saja karena tidak cocok di sini !

Selain itu dosen killer dalam memberikan latihan soal terlihat sulit dan pelit dalam memberikan nilainya, sehingga yang dapat nilai akhir "A" hanya satu atau dua orang saja, sedangkan yang her/ulang pasti banyak.

Pastinya hal tersebut menjadikan mahasiswa sakit hati dan pastinya dosen tersebut dianggap aneh, tidak populer dan dimusuhi oleh mahasiswa dan pimpinan perguruan tinggi. Namun dosen killer tersebut memiliki prinsip pendidik yang tidaklah mudah dimengerti oleh orang awam. Tentulah dosen itu bukan orang bodoh dan mengetahui risiko yang dihadapi, serta memiliki arah dan tujuan yang mulia dalam membentuk mahasiswa yang cerdas, mau berpikir, tangguh, mandiri, dan berhasil dalam pendidikan dan dunia kerja.

Berbeda halnya dengan juri Titi Sjuman/Adhie MS dalam acara IMB. Kalau diibaratkan seperti dosen yang baik hati, tidak membosankan di hadapan mahasiswa, komentarnya lemah lembut, murah dalam memberikan nilai, latihan soal mudah, sehingga lulus dengan mendapatkan nilai "A" adalah suatu hal yang biasa, kalah gengsi/prestisius dengan nilai "A" dari dosen killer.



Pertanyaannya adalah : sebaiknya kita menjadi dosen killer atau yang baik hati ?

Mahasiswa yang berbakat menjadi orang cerdas, memiliki kemampuan dan kemauan dalam belajar, memerlukan pengembangan akan potensinya sehingga harus selalu ditempa untuk dapat berpikir. Apabila berbuat kesalahan harus dikecam, namun apabila sudah berhasil dibentuk pola pikirnya, sudah selayaknya dipuji dan dilepas untuk menjadi orang yang berhasil. Menjadi dosen killer dan itu demi kebaikan, why not ?

Namun apabila mahasiswa yang dididik "kesasar", dipaksakan kuliah di tempat yang tidak sesuai, kemampuan akademiknya lemah, tidak memiliki fight spirit terhadap tantangan materi kuliah, tidaklah bisa dihadapi dengan dosen killer ! Kalau kita bertindak sebagai dosen killer, maka mahasiswa yang dididik menjadi sakit hati, kecewa, dan malas belajar ! Sehingga alternatif keluar dari kuliah saat ini merupakan jalan terbaik untuk mahasiswa tersebut.



Mohon ijin untuk para dosen, hidup adalah pilihan : apakah menjadi dosen killer atau dosen baik hati ? Sudah selayaknya kita memilih salah satu dari opsi tersebut. Tentu ini menjadi tantangan menarik, sebab dosen adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang akan tetap bangga terhadap didikannya yang berhasil walaupun mahasiswanya sudah tidak ingat lagi kepada dosennya di kemudian hari. Begitu juga untuk mahasiswa, apakah kalian ingin memilih sebagai mahasiswa yang cerdas atau kesasar ? Pilihan itu seakan menjadi rahasia pribadi yang harus diamankan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan....HAHAHA